Powered By Blogger

Selasa, 01 Februari 2011

Dunia Teater

BAB I
PENGENALAN

1. PENGERTIAN ISTILAH
Sebelum kita membicarakan masalah seni berperan kiranya perlu diketahui lebih dahulu asal mula pengertian istilah yang selama ini kita sudah mengenalnya. Dengan demikian kita tidak hanya cukup mengenal istilah saja, akan tetapi mengenalnya lebih dekat. Apa yang dimaksud sebenarnya ?

Istilah Drama
Berdasarkan etimologis isitilah “drama” berasal dari bahasa Yunani dengan kata sebagai berikut :
- “dram” yang berarti “gerak”
- “dramaoi” yang berarti “menirukan”
Istilah drama ini kemudian tersebar luas menjadi istilah internasional yang maksudnya adalah “suatu cerita/karangan yang dipertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan perbuatan-perbuatan”. Zaman penjajahan Belanda di Indonesia istilah drama itu diganti dengan istilah “tonil” (bahasa Belanda, toneel = pertunjukkan) kemudian sebagai penganti istilah “tonil” digunakan istilah “sandiwara” yang dicipta oleh PKG Mangkuningrat VII. Sandiwara ini berasal dari kata sandi = rahasia dan wara = warah (bahasa Jawa) atau pengajaran. Jadi sandiwara berarti suatu pengajaran yang disampaikan secara samar-samar (rahasia). Menurut Ki Hajar Dewantara “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang”. Istilah sandiwara ini terus digunakan sampai pada zaman Jepang. Dan akhirnya pada zaman Merdeka sejak Proklamasi Kemerdekaan negara kita dipopulerkan kembali penggunaan istilah “drama” yang pada umumnya di beri arti : perbuatan atau gerak.

Catatan : Perkembangan Istilah :
- Drama —– Tonil —— Sandiwara —— Drama
- Drama = tonil = Sandiwara

Istilah Teater
Berdasarkan etimologis “teater” berasal dari bahasa Yunani dengan kata “Theatron” yang berarti Pusat Upacara persembahan yang terletak di tengah-tengah arena. Menurut perkembangan zaman akhirnya arti istilah theatron banyak mengalami perubahaan sebagai berikut :
Jaman Yunani : Pusat upacara persembahan (pusat arena)
Jaman Romawi : Pusat gelanggang pertunjukkan (arena atau gelanggang pertarungan)
Jaman Modern/ : - Arena pusat dari segala pertunjukkan.
Masa kini - Panggung pusat pertunjukkan (didalam gedung)
- Gedung pertunjukkan
- Tempat untuk mementaskan drama
- Tempat untuk pemutaran film dan sebagainya.
Teater dalam arti luas adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Sedangkan dalam arti sempit yaitu drama, kisah hidup dari kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekorasi di dasarkan pada naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik nyanyian atau tarian.
Dari istilah drama dan teater adalah drama merupakan bagian dari kehidupan teater. Sehingga teater menyangkut lebih luas dari pada drama.

2. SEJARAH PERTUMBUHAN
Drama ini sebetulnya sudah ada sejak ratusan tahun, bahkan ribuan sebelum masehi. Tapi tahun yang dapat dicatat dan bisa dipertanggungjawabkan ialah sekitar tahun 490 sM. Sedangkan lakon drama yang paling tertua di tulis adalah yang berjudul The Suppliant, suatu lakon yang berisikan persembahan untuk memohon pada dewa-dewa. Penulisnya Aeschylus (525 – 456). Pada mulanya drama Yunani Kuno ini berasal dari Dythiramb, suatu bentuk nyanyian pujaan kuno yang dipertunjukkan untuk menyembah dewa Dionysus, yang digambarkan dalam bentuk patung berhala. Kemudian pada abad ke enam sM, Thespis menambahkan seorang pemain sebagai pimpinan di sampingnya narator/sang cerita. Abad kelima oleh Aeschylus ditambahkan lagi seorang pemain hingga pertumbuhan ini menyangkut tentang tempat untuk bermain drama.
Bagaimana dengan sejarah terbentuknya drama di tanah air kita ini ?
Kejadiannya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Barat, tumbuhnya drama di tanah air kita juga dari sebuah upacara yang bersifat keagaaman (ritus). Tapi sifatnya jauh lebih puitis (indah dan lembut) dibanding dengan di barat. Demikian juga bersifat untuk adat istiadat kaum etnik dan berakhir dalam bentuk pertunjukkan yang bertujuan untuk keperluan penonton.

3. DRAMA SEBAGAI KARYA SENI
Sebelum kita menelaah lebih lanjut tentang drama sebagai seni, kita harus mengetahui lebih dahulu tentang seni itu sendiri. Seni adalah segala sesuatu yang indah. Keindahan yang menimbulkan rasa senang orang lain yang melihat mendengar dan atau merasakannya. Kesenian berarti ciptaan keindahaan atau sesuatu yang indah. Sifat-sifat drama sebagai seni antara lain dapat dipandang dari beberapa segi bahwa drama ialah :
a. Satu-satunya seni yang paling kompleks.
Sebab disana ikut pula terlibat berbagai seniman, aktor, pengarang, pemusik, pelukis, busanawan, koreografer dan sebagainya.

b. Satu-satunya seni yang paling obyektif.
Dalam arti bahwa disana kedua pengalaman hidup manusia antara yang lahiriah dan batiniah, sama-sama diusung lewat kata-kata dan perbuatan serta disaksikan secara berbareng oleh penonton atau publik.

c. Seni yang paling kuat
Sebab didalamnya para penonton, publik, menjaga suatu peristiwa dari segi kehidupan yang kemudian ditafsirkan antara pengalaman hidup masa silam (kemarin) dengan kehidupan yang sedang dihayati (sekarang).

d. Merupakan titik pertemuan dari segala aneka ragaman seni dan ilmu, maka drama merupakan satu-satunya seni yang mempunyai organisasi kerjasama yang baik antara seni yang satu dengan seni lainnya untuk membentuk satuan kerjasama yang utuh.

e. Drama adalah seni, maka sejauh itu ia memiliki sifat-sifat yang berhubungan dengan persyaratan-persyaratan obyektif dari kaidah estetika (keindahan).

4. DRAMA SEBAGAI ILMU
Pembatasan yang paling utama dalam semua bentuk seni bahwa seni ini tanpa bisa ditawar lagi haruslah dicapai oleh seniman dengan suatu pengorbanan yang cukup tinggi.
Menceburkan diri dalam dunia seni tanpa suatu pengorbanan dan perjuangan yang tanpa mengenal lelah, maka perbuatan itu akan sia-sia saja. Pembatasan tentang pengorbanan, perjuangan tanpa mengenal lelah ini, adalah mutlak. Sebab drama bukan saja hanya merupakan suatu seni tapi juga ilmu.

Karena itu untuk menceburkan diri dalam dunia drama ada beberapa persyaratan yang mutlak juga bagi setiap aktor atau personil yang berkecimpung dalam drama yang ingin menjadi seniman drama :
a. Dituntutnya pengetahuan yang sangat mendasar dan mendalam terhadap semua bidang kebudayaan, terutama seni seni yang merupakan bagian-bagian bangunan mutlak dari teater drama seperti halnya sastra, musik, seni rupa, tari, vokal dan sebagainya.

b. Dituntutnya paling tidak sedikitnya pengetahuan yang mendasar dan mendalam terhadap ilmu yang merupakan bagian bangunan mutlak dari drama seperti tentang psikologi, filsafat, sosiologi, antropologi dan sejarah.

c. Adanya intensitas (perasaan kehebatan) diri dalam menghadapi segala masalah yang berada di lingkungannya, kreatif, dapat menikmati-menghayati, cendekia.

d. Adanya perasaan bangga pada drama dan berani berkorban untuknya. Kukuh atas perasaan itu dan bergumul dalam dan beserta nafasnya. Dengan segala kesetiaan dalam menghadapi segala konsekuensinya.

e. Karena drama adalah seni yang juga sekaligus ilmu, maka mau tak mau setiap aktor harus mempunyai pengetahuan-pengetahuan tadi, terutama sekali dalam kaitannya dengan akting atau seni berperan.

f. Disamping itu pula kita harus memahami dan menyadari bahwa ilmu selalu akan berkembang. Oleh karena itu diperlukan juga intelegensi (kecerdasan) yang cukup tinggi, yang ditempa terus menerus tanpa mengenal lelah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

5. HUBUNGAN DRAMA DENGAN UNSUR – UNSUR KESENIAN LAIN

Drama Dengan Puisi
Tidaklah dapat dipungkiri ada beberapa cabang seni yang telah tergantung demikian rupa sehingga sangat sulit sekali untuk saling memisahkan diri. Contoh yang paling jelas umpanya saja sajak dengan musik.
Dalam bidang musik kita mengenal adanya musik vokal dan musik instrumental. Begitu pula, tidaklah setiap sajak enak untuk dideklamasikan atau juga dilagukan. Begitu pula dalam halnya lagu atau musik, tidak semuanya bisa diikuti oleh sajak.
Ini tak jauh berbeda dengan hubungannya antara sajak atau puisi dengan drama. Tidak semua drama bisa diikuti oleh sajak, dan tidak semua sajak bisa didramakan.

Drama Dengan Cerita Pendek atau Novel
Drama bila kita perbandingkan dengan cerpen, novel, roman ada perbedaannya yang sangat jelas yaitu bentuknya. Dimana drama ini sebagian besar adalah terdiri dari dialog (wawankata-percakapan). Tapi kesemuanya mempunyai dasar yang sama yaitu cerita yang diangkatnya dari kehidupan. Dimana mereka mempunyai unsur-unsur yang sama ; Plot, karakter, dialog, setting dan interprestasi kehidupan.
Cerpen, novel atau roman dapat pula dipentaskan bila karya sastra tersebut diubah dulu menjadi karya sastra yang berbentuk drama (naskah drama) atau dalam film (skenario).

Drama dengan Seni Musik
Hubungan drama dengan musik dengan jelas dapat kita lihat pada drama radio. Musik memegang peranan yang sangat penting sekali, ia sanggup memberikan gambaran adegan imajinasi tentang suasana yang sedang berlangsung pada segmen-segmen tertentu dari lakon yang sedang disajikan. Suara angin yang menderu-deru membawa imajinasi kita pada badai yang mengamuk. Dimana itu semua sebetulnya hanyalah suatu tipuan belaka yang ditimbulkan oleh alat-alat musik atau banda lain.

Drama dengan Seni Rupa
Mengenai seni lukis dalam hubungannya dengan drama cukup jelas bisa kita lihat dalam tata pentas (dekor). Pada drama yang bersifat kenyataan, faktor alam sering kali mereka manfaatkan untuk dekor pembantu. Bahkan pada beberapa tempat pertunjukkan drama kita saksikan faktor-faktor alam di jadikan sebagai latar belakang yang tetap untuk pementasan.

Drama dengan Seni Tari
Hubungan drama dengan seni tari tidak bisa kita diharap memungkirinya lagi, cukup banyak kita lihat. Terutama sekali pada drama-drama yang memang titik beratnya ditumpahkan pada gerak-gerak tari seperti halnya sendratari (seni drama dan tari) dan sebagainya.

Drama dengan Seni Suara
Yang dimaksud dengan suara adalah bunyi yang berasal dari makhluk hidup manusia. Ia merupakan medium manusia untuk mengekspresikan bahasa dalam komunikasinya dengan sesamanya. Suara ini dapat menghidupkan bahasa dan juga sebaliknya. Suara ini juga dapat menunjukkan suasana hati seseorang dalam keadaan marah, susah, riang dan sabagainya.
Masih banyak lagi hubungan drama dengan seni lainnya misalnya tata rias, tata busana, tata lampu dan artistik. Jadi pengertian diatas yang telah dibicarakan maka drama merupakan ibu dari seni (mother of arts). Karena di dalam kehidupan drama mencakup keseluruhan dari bidang seni-seni lainnya yang saling mendukung.

6. JENIS DRAMA MENURUT ISI LAKONNYA.

a. Tragedi yaitu drama penuh dengan kesediaan, kemalangan. Hal ini disebabkan pelaku utama dari awal cerita sampai akhir pertunjukkan senantiasa kandas dalam melawan nasibnya yang buruk. Tragedi berasal dari bahasa Yunani yakni kata “tragos” artinya mengerikan, menyedihkan.

b. Komedi yaitu drama penggeli hati. Dimana isinya penuh dengan sindiran atau kecaman terhadap orang. Suatu keadaan pelaku yang dilebih-lebihkan. Bahannya banyak diambil dari kejadiaan yang terdapat dalam masyarakat sendiri dan sering berakhir kegembiraan atau tanda tanya.
Komedi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “comos” yang berarti gembira atau komedi.

c. Tragedi dan komedi yaitu drama yang penuh dengan kesedihan, tetapi juga hal-hal yang menggembirakan atau menggelikan hati.

d. Opera yaitu drama yang berisikan nyanyian dan musik pada sebagaian besar penampilannya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Kata opera yang diambil dari bahasa Yunani berarti perbuatan. Jenis opera :
- Drama Opera Seria (cerita sedih)
- Drama Opera Buffo (cerita lucu)
- Drama Opera Komik (lelucon, tidak dinyanyikan)

e. Operette yaitu drama jenis opera tapi yang lebih pendek.

f. Tableau yaitu drama tanpa kata-kata dari sipelaku, mirip pantomime.

g. Dagelan yaitu suatu pementasan cerita yang sudah dipenuhi unsur-unsur lawakan/badutan.

h. Drama mini kata yaitu drama yang pada saat dipentaskannya boleh dikatakan hampir tidak menggunakan dialog sama sekali. Caranya dengan jalan improvisasi-improvisasi saja dengan gerak-gerak teaterikal yang tuntas.

i. Sendratari yaitu seni drama tari, dalam penggabungan drama dan tari pada penyajiannya.

j. Fragmen yaitu suatu nukilan atau cuplikan sebuah drama. Hanya memberikan konflik yang klimaks.

7. UNSUR-UNSUR LAKON DRAMA.
Dalam suatu lakon drama (modern) terdapat unsur-unsur pokok yang perlu diketahui karena ia merupakan inti yang fundamental dalam penyajian suatu lakon drama. Unsur yang paling pokok dalam seni drama ada empat : lakon, pemain, tempat/media ekspresi dan penonton. Dalam suatu drama yang paling utama adalah lakon. Lakon dalam drama plot, karakterisasi, dialog. Penempatan ruang dan waktu, dan penafsiran hidup (interprestasi). Dan kelima unsur-unsur ini dua diantaranya merupakan unsur pokok yang istimewa ; plot dan karakterisasi. Dimana dua unsur tersebut haruslah saling mendukung satu sama lain, karena saling membutuhkan. Dan dimana karakter dan plot dalam drama ini diwujudkan dalam bentuk : laku dan dialog.

a. Plot, lakon drama atau perjalanan cerita.
Plot dalam suatu drama harus berkembang secara bertingkat-tingkat, sampai pada akhirnya kita menemukan suatu penyelesaian dari konflik tersebut. Plot drama tersusun menurut apa yang dinamakan garis lakon (dramatic line) :
Pertama : lakon atau plot dimulai dengan insiden-insiden permulaan
Kedua : setelah itu mulailah terjadi penanjakan laku (rising action), sebagai tindak lanjut dari insiden permulaan. Konflik-konflik semkain menanjak, pertumbuhan atau komplikasi, yang berarti bagian lakon dimana konflik itu kian tumbuh dan bertambah ruwet. Jalan keluarnya masih dalam keadaan samar-samar, tak menentu.
Ketiga : klimaks krisis atau titik balik, disini mengalami puncak konflik yang paling tinggi.
Keempat : penurunan laku atau penyelesaian. Bagian lakon yang merupakan tingkat penurunan dalam geraknya menjelang akhir, dimana jalan keluar dari konflik-konflik atau insiden-insiden yang terjadi mulai nampak jelas jalan keluarnya. Setidaknya ada bayangan-bayangan jalan keluar dari konflik yang terjadi dalam lakon tersebut.
Kelima : keputusan, dimana seluruh konflik-konflik itu biasanya diakhiri.

b. Karakter atau Perwatakan
Adalah penampilan keseluruhan daripada ciri-ciri atau tipe-tipe jiwa seseorang tokoh dalam cerita lakon drama tersebut, karakter ini diciptakan oleh penulis lakon yang diwujudkan dalam penampilannya oleh aktor atau aktris yang memerankan tokoh-tokoh tersebut. Karakter ini akhirnya mendukung isi dan penampilannya dalam cerita lakon.

c. Dialog
Penampilan dari suatu cerita lakon drama didukung sepenuhnya oleh dialog (dan juga gerak) yang terdapat antara para pemain tokoh dalam lakon yang bersangkutan. Dialog-dialog yang dilakukan haruslah mendukung karakter dan melaksanakan plot dari lakon.

d. Penempatan Ruang dan Waktu
Penempatan ruang dan waktu (setting) ini sudah termasuk juga didalamnya latar belakang pentas. Guna mewujudkan suatu pementasan cerita lakon drama dibutuhkan suatu penggambaran yang sanggup mencerminkan dimana lakon tersebut yang sedang dinikmati ini terjadi. Setting harus sesuai dengan waktu/masa dari lakon yang maksud.

e. Interprestasi Kehidupan.
Sebagai karyawan seniman yang diangkat dari kehidupan dimana ia merupakan sumber penulisnya, penyajian cerita lakon drama haruslah sanggup menghidangkan kehidupan itu sebagaimana adanya seperti apa yang dimaksudkan dalam lakon itu oleh penulisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar