Powered By Blogger

Minggu, 01 Agustus 2010

kumpulan Kuisiku


MILIK KITA

Mataku-matamu membuang isyarat

Di saat terbakar nafsu dan emosi

Diam-diam menyimpan sayang dan rindu

Semua tak berarti dalam hati

Kalau masih ada garis aman dalam lintasan

Pertama kali, indah tercipta cinta sejati

Hanya bunga aku tanam untukmu

Bukan tanaman berduri aku suguhkan

Aku datang untuk mengukir hatimu

Cinta aku persembahkan

Sari bunga yang suci untuk dipetik

Tergores cinta manis kutelan

Hanya satu langit, mencerah aku rasakan

Semua aku buka untukmu kasih

Rasa rindu menyiram bunga yang kutanam

Biarlah aku jawab cinta yang kau berikan

Dengan kesetiaan dan bahagia di hatimu

CINTA SEJATI

Aku tercipta untuk mengisi hatimu

Hentikan tangisanmu di hari ini kasih

Aku bawa wajahmu dalam tidurku

Mengisi indahnya malam yang terlewati

Jangan kau teteskan air melewati pipi manismu

Akan aku hapus dengan cinta dan kesetiaanku

Esok kita terbang bersama

Kalau engkau sedih jangan simpan sendiri

Biarkan aku hadir dalam hati

Menghapus tangismu

Langkah ini hanya untukmu

Semua aku tata hanya untuk kita

Tak ingin kau lewati malam sendiri

Semua kulakukan hanya untukmu

Biarkan mereka tertawa

Semua akan berakhir dengan mulia

Sebab cintaku semakin dalam padamu

Semoga ini tidak sekedar mimpi

Kita selalu bahagia, sampai kapan pun

Semua bukan mimpi kalau kau tak menangis


NASIB ORANG JALANAN

Balik tirai malam baringkan badan

Ditepi, beratap bintang berselimut angin

Matahari pagi tiada kunjung jua

Hujan, kering hampa asa

Petir tergenggam

Api melambung dalam ruang

Kabut kemarin tertelan

Tak jadi batu di jalanan

Api redam jadi pikiran

Oh…… Tuhan

Lemparkan cahaya pagi

Alam terhias dengan mentari

April 2006


CINTA BERUBAH KEBENCIAN

Bulan tertutup mendung

Sinar tiada terang di jiwa

Lama menunggu purnama

Bosan. Rela gelap malam

Langit biru jadi merah senja

Malam datang, siang terasa

Tak ku basuh kaki

Kau biarkan siang berlalu

Awan telah menutup sinar

Bulan tiada merasa sinar tak sampai

Tiada angin sejuk

Kemarau hari pun panas

Hari termakan tahun

Biru kembali padaku

Merah, aku persembahkan untukmu

09 Mei 2006


OH…..BAPAK

Engkau tanah yang kering

Api masih membara di dada

Untuk tanaman satu ladang

Panas dingin tak mengapa

Kau cukupkan pupuk

Walau batang usia telah tinggi

Keringat jadi taruhan

Menggambar terangnya dunia

Rokok dikantong

Teman kapal berlayar

Badai menghantam, tekat maju

Hati….jiwa…. tak gentar

Ombak mengikis bangunan

Pupuk untuk tanaman

Kau siram hingga berbunga

Oh…tanah yang kering

Apa yang harus aku berikan?

Oh… tanah yang kering

Do’a aku hembuskan

Semoga nafas cintanya

Selalu terang dalam kamarmu

Menghantar damai

Batang usiamu yang tinggi

14 april 2006


MALAM KESEPIAN

Angin bertiup, musik berbunyi

Tolong…..malam ini sepi

Suara seakan tak berhenti

Penghias malam satwa alam

Tulang penuh dengan debu

Malam kotor belum tersapu

Terbuang dari sinar

Gelap menemani selalu

Malam ini, ya malam ini

Peta dunia terbaca

Tersobek belenggu hati

Malam berjalan sendiri

Diam rasa bergulat dengan kata

Malam ini aku kesepian

12 Mei 2006


ISI HATI

Bukalah candela rumah

Kutabur benih mawar untukmu

Halaman berhias dengan bunga

Rawat dan jagalah dia

Senyum pagimu sudah berganti

Mawar pun mulai bersemi

Apa cendela masih kau tutup?

Aroma mawar telah kau hirup

Mawar kini mulai mekar

Jangan biarkan kering sebelum di petik

11 Mei 2006


PALOMA

Kau buat aku kuasai dunia

Tapi. Satu malam saja

Hutan kutebang bersamamu

Pohon makin rimba

Ketika mata mulai terbuka

Otakku tercuci sifatmu

Jiwa tersetubuhi lewat darah

Aku tak kuasa menahan pelukmu

Malam ini dunia milikku

Jangan dekat aku bisa gila

Karena dia masih disini

Gelap selimuti hati

Malam ini ……………

12 mei 200



RODA USIA

Datang disambut meriah

Banyak orang pandai menghitung

Rupiah korban agar tetep masih ada

Tak tahu di mana letaknya

Memerah pada hitungan remaja

Di mana masa geraknya

Tidak berubah walau tempat kering

Bebas kapal pergi

Tempat ditinggalkan

Hitungan tinggal hitungaan

Dimana tinggal tanpa bukti

Koran, kalender apa akte?

12 mei 2006



KOTAKU

Tempat suci suara berkumandang

Iringan nada memuji-NYA

Kecoak doreng berputar – putar

Potret langit dengan gaya kotaku

Juni 2006



KETIKA RASA TUNPAH DIDEPAN PINTU

Di mana kuletakkan sebuah rasa

Malam mulai mengusik sibuk siang

Ketika rasa tumpah di depan pintu

Banyak lidah saling jilat-menjilat

Dibalik sebuah tirai paras

Tertanam bara yang menyala

Berlari dari kebersamaan

Kau bawa busa bersegel

Nurani sudah tak dapat membeda

Kau suguhkan racun satu perjuangan

Kebenaran mulai tak terobatkan

Terbakar dalam tidurmu

Selasa, 21 Nov 2006

SUARA HATI DARI BANYAK HATI

Batang yang terhambar oleh rasa

Generasi yang patah sayap kanan

Cinta terhanyut usia

Rindu datang cahaya kedamaian

Lidah mulai meludah

Ludah mulai dijilat

Mulut sudah tersumbat

Dengarlah suara

Suara dari anak desa

Di mana keresahan tapi bukan pernyataan

Keinginan jiwa dalam rasa

Batang yang kering mulai membusuk

Besi tua mulai berkarat

Engkau manusia sekarat

Manusia bejat

Manusia bangsat

KANGEN

Malam ini kau tak di sini

Jiwa terkikis rasa ingin temu

Engkau hadir memeluk hangat di dada

Tapi malam ini aku kesepian tanpamu

Datanglah hadirlah didekapku

Jiwamu membawa kedamaian

Sejukkan renung malam

Kekasih aku rindu

Engkaulah…..


AKU HARUS BAGAIMANA

Dulu aku pernah menanam bunga untukmu

Bunga mulai mekar dengan siraman saling temu

Tapi mengapa engkau abaikan, bunga yang mengembang

Tak pernah terawat sekian kalinya

Daun mulai rontok seiring tetesan penyesalan

Jera. menabur benih di pekaranganmu

Deretan hari telah kau pahami

Gugurnya daun tak terelakkan

Kini engkau datang dengan sejuta bunga

Tanah subur dalam potmu kau bawa

Untuk aku taburi benih bunga yang dulu

Aku harus bagaimana?

Sisa yang ada tumbuh subur di ladang orang

Tak dapat kuelakkan karangan bungan dulu

Masih tersimpan rapi walau akar mulai kering

Sari bunga mengembang dua

Aku harus bagaimana?...........

16, Mei 2007



RENTETAN KATA YANG MENCEKIK

Rentangan waktu mengusik keberadaan

Lidah tak terhitung logam emas

Jeritan mereka daftar sketsa dalam otak

Kaki di kepala makin membusung dada

Jangan. Jemari tanganmu melambungkan harga

Logatmu pandai mengetik kata

Kau tak berfikir kaum yang terbuang

11, Mei2007

MENGAPA

Lantunan bibir teringat di telinga kananku

Katamu “ Aku siap jadi dermaga dimana kapal akan berlabuh ”

Terik matahari basahi tubuh ini

Dermaga dipenuhi bentangan ilalang

Kini sudah, aku tahu maksudmu

Dengan tangan kiri, hati ini kau siram air garam

Tapi tak apalah, biarpun begitu aku rela

Karena aku tetap menanti dan setia

16, Mei 2007


JERITAN KAMI

Jejak menapak diatas daun

Alam menjerit, merangkul bahaya

Berdiri tegak terhunusnya nyawa

Gambaran tetesan noda

Menghilang di tengah keramaian

Membawa kebisingan di ambang garis jejak

Lantunan alam menyiksa ditelinga

Kau biarkan suara berdarah di kehidupan kami

Apa tak mendengar suara itu

Suara yang di ufuk senja

Tangisan dan rintihan anak negri

Karena palu yang di ketukkan

15, Mei 2007


PAK SOPIR

Malam telah tertelusuri

Herangmu ramaikan jalanan sepi

Mata yang berkunang-kunang

Harapan akan sampai yang terbawa

Siang malam tiada perbedaan

Kau tetap tekan apa yang ada

Di bawah tempat dudukmu

Mata menahan embun malam

Tanganmu tetap bekerja

Jenukan dia seperti itu?

Atau senang dengan hidup

Harinya menelusuri jalan

Melaju dengan beban yang dipundak

Mereka harus tepat waktu

Jarum jam terhitung mundur.

17, Mei 2007


MAAFKAN AKU SOBAT

Bukan maksud jadi duri dalam dagingmu

Mungkin ini jalan yang di akhiri

Di tepi, kau berjalan membawa racun

Kau selipkan pisau dipinggangku

Dalam diammu aku terjerat

Jala yang sengaja kau pasang di kamarku

Jangan salahkan aku memandang dengan cengkraman

Itu karena kau sentuh kelakianku

Anak kecil melepas gerak di depan pintu

Aku duduk dengan pandangan hitam

Mencari kedamaian rohku

Aku tinggalkan dirimu sendiri

Di beranda belakang rumah

19, Juni 2007


AKU MERENUNG

Kabut putih menggumpal di wajahku

Dikala aku lantunkan irama

Asap terusik cahaya api

Memerah didepan pancaran mata

Aku yang tenggelam dalam kesepian

Membawa jiwa tergambar dosa

Berlinang di tengah kesendirian

Sukmaku yang lari mencari keberadaan

Kini kaki berlumur darah

Otak membeku, sebuah renungan

Beban semakin berputar – putar

Di mana harus aku masuk pintu

Negeri hati mulai menganga

18, juni 2007


TERBANGUN DARI MIMPI

Terlelap dengan semua ini

Lupa sujud dibawah lima tiang

Mengenal yang tak perlu di kenangan

Jeritan hati memaksa logika

Pencarian tempat berbaring

Tak kutemukan pintu dalam kamar

Ibu kembalikan cahaya itu

Aku takut dalam gelap

Aku rindu dengan tuturmu

Yang membawa hati mendekat matahari

Embun basahi mawar menjelang fajar

Bangunkan aku dalam mimpi panjang

Sukma tak betah

Buatkan pintu untuk aku

Biar keluar dari kamar yang gelap

KEADAAN

Di bawah pohon terselip bintang

Setiap sudut memancarkan sinar

Percikan air terdengar tanpa bayang

Lamunan buyar buku yang tertutup

Manusia kecil dengan bebas bersuara

Hasrat ingin menggoreskan tinta

Kini hanya suara di depan kita

Dalam diam

Membelai roh yang ada

Haruskah pulang tersirat debu

Nurani mati, jauh dari bintang

13, Mei 2007


KHILAF

Jarum jam berputar cepat

Tanpa memberi peringatan

Apa. Yang akan terjadi esok

Sedang malam bergulung siang

Orang sibuk dalam beraktifitas

Jarum jam berputar cepat

Tanpa. meninggalkan sajak tertulis dalam otak

Jarum jam mengantar kegelapan

Menidurkan, mata perawan terpesona

Dengan lelap, mengingat tangisan

Membuang sampah pada diri sendiri

Lupa akan penebusan

20, Mei 2007


TERBUAI WAKTU

Aku duduk disofa depan rumahmu

Kau tawarkan teh manis, wafer dan pisang

Detak jantung jam terasa cepat, ini sudah pukul 12.30

Aku harus cepat pulang

Sepintas tutur kata yang dihiasi senyum dibibir manismu

Menggugah hati yang mimpi memanjang

Tawa canda yang diiringi lantunan musik

Makin meramaikan suasana

Aku lupa kapan harus pulang

Ada wanita yang menunggu aku

Dengan langkah tak terelakan

Aku lihat wajahmu dari candela bus

Kau tetap menawarkan senyum

21, Mei 2006


RUANGANKU

Hai katak yang bersenggama

Katakan kau punya perasaan

Berhenti sejenak kipas yang berputar

Diamkan baling – baling malam

Apa kau tahu bunga aku yang resah?

Dengan tubuh yang terlentang

Dalam ruang berserakan sampah

Meja. Katakan pada piring diatas tubuhmu

Kau ingin bebas tanpa putaran waktu

Apakah kau pernah berfikir?

Tentang keadaan

Sapaan hanya didepan pintu

Coba pahami kejadian

Kita sentuh alam dengan cinta

22, Mei 2007


RAKUS

Selicin lantai yang habis dipel

Dengan modal bunuh cinta, kasih dan sosial

Anjing-anjing pelacak data terpelihara

Disetiap pintu kelas dan perkantoran

Melaporkan manusia yang tahu haknya

Duduk dengan rokok mentol ruangan ber-AC

Bahkan tidur diatas tumpukan kertas

Bernilai rupiah dimata mereka

Dengan berdalil ikut mencerdaskan anak bangsa

Sebagai umpa

Memancing ikan dalam baskom

23, Mei 2007


KESUNYIAN

Langkah beralas sandal berpaku

Istirahat di bawah dua bulan

Jangkrik dengan sayap

Menyisi kekosongan malam

Kelelawar bermain diatas kepala

Entah kemana arahnya

Tak terlihat kunang-kunang

Membawa penerangan

Maya berkejaran diatas kuba’ yang berputar

Pahamkah tangisan yang tersembunyi disini

Coretkan tinta mencari kedamaian


JANJIKU PADAMU

Sabarlah menunggu aku

Jangan engkau menangis

Aku tak mampu melihat

Engkau bercucur air mata

Aku berjanji

Nanti waktu tiba

Aku kepakkan sayap selebar – lebarnya

Ibu............

Aku anakmu masih mengharap do’a dari mu

Merancang waktu untuk masa depan

Tuhan jangan biarkan aku

Berbaring tanpa teman

Tuhan dengarkan lah


MENGENANGMU

Langit bertukar tempat dengan alismu, teringat

Ketika gerimis menjadi basuhan muka

Aku disini mengeluh pada puisi,

Melambaikan tangan, kau duduk dengan simpul senyum di bibir. Helai-helai rambutmu lepas dari ikatan

Itupun. Sekilas aku memandang. Karena kau tak merelakan langit yang mendung, melepas cerah siang.

Sampai waktu tiba, ingin iku bangunkan dari tidurmu, kala subuh bersuara.

Merpati putih temani kita sujud kepada­-Nya.

Pahamilah alam dengan kasih

Mungkin takbir akan aku kumandangkan.

Nyenyaklah dalam tidurmu, mimpi yang indah. dikala bangun senyumlah, disitu kau lihat cantik wajah dan parasmu sendiri.

Jangan menangis.

KATA SINGGAH DALAM LAYAR PONSELKU

Gejolak rindu yang tak mampu ditopang

Benamkan jiwamu dalam cintaku

Genggam cintamu untukku

Terbangkan lewat nadiku

Cepat lari ulurkan tanganmu

Biarku hias menggandeng rinduku

Buat kekasihku

Bersandar pada tali warna pelangi

Didepanku kau bertudung sutra senja

Dihitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengeluh bergulat senja

Malam yang kian menusuk tulang iga

Aku menunggu kekasih yang terbangun dari mimpi

Sejukkanlah hati menyambut mentari

Burung pun ikut bernyanyi

Melihat kita tenggerkan cinta

SEPENGGAL KATA

Kutangkap makna cintamu lewat kesetiaan

Tenanglah, aku kan menjaga tidurmu dari mimpi buruk

Tak perlu menangis

Ini cinta yang aku bawa untukmu

Ayo merajuk hari dengan tangan kita saling bergandeng

Kalau pancaran surya tak sebening

Cintaku yang memancar untukmu

Jangan biarkan aku yang sendiri melepas sepi

Kekasihku hinggapkanlah kata-katamu

Ikatan sebuah kedamaian yang membara

Dengan sepasang sayap elang

Kutup mata dengan edaran matahari

Aku larikan diri kekamar hatimu


HIDUP DALAM NISTA

Terdiam diantara keramaian

Suasana semakin tak karuan

Jiwa yang gelisah keadaan

Tumpukan kata mulai tak bermakna

Tersibak dalam gelap

Lantunan musik, coretan kecil

Memaksa kaki beranjak

Sapaan sebagai tawaran

Bambu di belakang mulai kering

Berjam-jam teriakan tak terhentikan

Tubuh terdampar padang ilalang

Jauh meninggalkan porosnya


DOLANAN ANAK NEGERI

Anak-anak yang bermain disebelah

Kejar-kejaran mencari kepuasan

Tak peduli pria dan wanita jadi satu

Ada yang bermain menjadi pedagang

Adapula mobil-mobilan

Sampai hari mulai petang

Semua waktu terlewati

Senyum kebahagiaan dimasa kecil

Bagai syurga dipintu rumah

Merengek pada orang tua

Naik sepeda mbonceng di belakang


PENANTIANMU

Bintang menghiasi cakrawala biru

Bentangan cahaya mewarnai

Bulan tampakkan dirinya dengan senyum

Kuning keemasan diwajahnya

Bumi terhias dengan kehidupan

Hijau daun dengan suara satwa alam

Lampu kota mulai berpijar

Seiring menyambut datangnya bulan

Depan pagar besi aku berdiri

Menghembus udara dengan lantunan irama

Terdengar hewan malam mengisi sepi

Sayup di telinga kekasihku menyapa

Malam sudah larut Istirahatlah mas

Begitulah katanya mendirikan bulu romaku

Aku tak kuasa melihat wajah yang menanti

Seketika aku berdiri

Engkau tetap duduk menanti



DIPINGGIRAN SISI KOTA

Terlihat dimata sinar penderitaan

Keterbatasan mendorong jalan nafas

Surya dengan gagah pancarkan sinar

Tubuh berbaur debu dan keringat

Rumah tak terawat, hari bersamamu

Tanpa bekas. setiap berganti bulan

Pertengkaran berulang terjadi

Nafkah keluarga tak tercukupi

Usia tua dengan beban anak balita

Terabaikan kesehatan karena keterbatasan

Engkau jalani hidup apa adanya

EMOSI

Purnama enggan bersinar

Gurat senyum tiada tampak

Gelapnya terselimuti kabut putih

Pandangan makin kabur olehnya

Ketukan pintu tiada terjawab

Siapa dan apa yang terjadi

Jendela hati semakin terbuka

Tapi sayang, tiada cahaya yang menyapa

Jalan yang tiada batas

Panas yang terasa semakin menyengat

Seketika dingin menyelimuti

Hujan tiada mendung

Badai tak terelakkan

Petir yang keluar, merusak suasana

Keutuhan yang nampak

Hanyalah semu akhir sebuah senyum

Hanyalah tangisan dalam hati

LILIN MERAH

Lilin bicaralah pada malam

Kau beri sinarmu pada ruangku

Bicaralah……

Malam ini aku kesepian

Lilin penaku terselip diantara kasur dan buku

Terdengar suara pintu terbuka

Cetak-cetik sang perawan masuk, aku terbaring dikamarku

Engkau batuk aku menulis

Lilin jangan menangis

Aku disampingmu menulis

Sebuah puisi untukmu

PERIH

Tangan perih, kaki perih dan dada pun terasa perih

Lidi merah dengan warna kuning sebagai penerang

Sepintas ku berdiri melihat bulan dari kamarku

Suasana gemuruh entah darimana, terdengar ditelinga

Darah keluar dari ibu jari

Perih masih terasa

Dada terasa perih

Tubuh terasa perih

Semua terasa peri


KESETIAAN

Hai jiwa………….

Letihkah kau karena saukmamu?

Aku letih mendengar tangismu

Hujan yang datang dari pipimu

Terhenti oleh batu yang teramat besar

Mampukah jiwa dihujani batu yang terbawa?

Topan datang tanpa diundang

Sayang…sukma terbawa

Jiwa…merana…….

Dua puluh tujuh juni, dua kali sudah jiwa

menangis

Cacat yang termiliki tak terjawab

Tapi akibat…sudah sarat tertelan

Kepada sukma ”roda selalu berputar”


KEDATANGANMU

Berbaring di kamar kost dengan tangan menyoretkan tinta dikertas

Kepala pusing oleh suara bising di kamar sebelah

Sesaat sepi bagai kuburan

Mata terbelalak mendengar ketukan pintu

Seorang gadis menghampiri dengan harapan

Sayang tubuh ku tak kuat untuk beranjak

Sapaan manis keluar dari mulutmu membuat aku semakin tak berdaya

Sedikit demi sedikit mata ini aku buka

Dengan pandangan berkunang-kunang kutamatkan parasmu

Tak ku sadari, kekasihku yang datang

Dalam berdaya aku menunggu

17-21, juni 2008

KEKOSONGAN

Percikan air yang berkedip di tanah

Bagai hujan yang turun sore itu

Membawa aku dalam kepanikan, darah yang Mengalir dalam tubuh

Singgah di rumah tua dekat pagar pembatas

Terucap aku resah dengan gadisku

Dengan tubuh layu dan mengering

Seakan tiada tulang dan otot yang menyangga

Merasa tiada kedamaian

Keramaian dalam ruang yang terlihat

Tak mampu padamkan bara yang ada

PANCARAN SINAR

Panas dunia menyengat kulit

Merajuk dalam kehidupan jiwa

Keresahan mengusik ketenangan

Pencarian tak berhenri disini

Mungkinkah masih terlalu jauh

Jalan berliku yang sudah tertempuh

Pelangi yang ada di belakang pintu kamar

Menghisap habis keringat

Hitungan kalender menambah tua usia

Tanpa menyangka kini masih terkatung


SURAT UNTUK KEKASIHKU

Didalam kamarku sepucuk surat ini, sengaja aku tuliskan untukmu

Langit yang cerah dengan warna yang biru

Memberi udara yang sejuk di pagi ku

Sepotong bambu terasa menancap dimulut membuat bisu dan kaku lidahku untuk mengungkapkan segudang cintaku padamu

Wajahmu yang manis dengan seuntas senyum dibibirmu sebagai penghias di kala engkau berbicara

Sejuta harapan untuk bersamamu

Bagai sang mawar menanti embun disetiap bergantinya pagi, begitulah cintaku padamu

Surat untukmu kekasih…

Aku persembahkan sebagai pengganti diriku

Ucapkan kegelisahan tentang kasih sayangku padamu

Hanya dengan inilah ……….

Semoga engkau dapat memahami rasa yang ada

Kita sudah jabatkan cinta di atas kesetiaan

Jangan sampai terkikis gelombang siklus waktu

Kau tetap cintaku

Aku tetap milikmu

Bacalah suratku

Menjelang tidur dan mimpimu

Dapatilah kesegaran angin kerinduan

Yang menerpa wajah di saat bangunmu

Itulah cintaku yang berhembus lewat

Jalan nafas dan urat nadimu

Sayang…...kesetiaan dan kerinduan

Hanyalah tercurah untukmu

S A N D A L

Satu–kesatuan satu ikatan

Satu ikatan beda tujuan

Menang satu, kalah Satu

Itulah nasib sandal kita

Sandal kita milik Dia

Tapi sandal harus kita jaga

Kanan, kiri mana yang putus

Itulah nasib sandal kita

Sandal kan mudah rusak

Sering dihampiri air

Jalan sekedar jalan

Jalan bukan jalan

Itulah nasib sandal kita


Cintaku untukmu

Jeritanmu datangkan aku

Deritamu datangkan senangku

Panas dingin engkau telan begitu lama

Demi aku engkau korbankan semua

Isi bumi bukanlah tandingan

Emas tak sepadan pengorbananmu

Engkau tanamkan bakat dijiwa

Engkau kukuh kan minat dihati kami

Engkau besarkan aku

Engkau pelihara aku

Engkau cukupkan aku

Mulia jasamu

Mulia pengorbananmu

Engkaulah patriot kami

Cintaku umtuk mu

K E M A R I N

Kemarin sempat aku tengokkan kepala, melihat kampung halaman dimana aku dilahirkan

Perubahan begitu cepat tanpa mengenal waktu

Mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan ditambah suasana yang berbau kebusukan

Sempat aku duduk diantara orang-orang yang tak seragam

Baru tersadar setelah aku meninggalkan tempat yang menjadi tumpuan pantatku

Dengan kecewa, di antara mereka tidak meninggalkan suara

Mungkin ini akan menjadi wacana dalam otak untuk mengenal indahnya hidup kebersamaan

Tapi disisi lain otak mengotak - atik dan merangkai kata

Tanpa tersadari rokok yang ada didepanku mulai hahis

Terjadi lagi peristiwa yang menyelinap dalam dinding hati, kegelisahan tak dapat dipisahkan

Mereka yang takut dengan kenyataan hidup

Membuat sepintas meninggalkan kata hati

Apakah arti dalam diri, masih terbawa oleh lamunan?

Memang perlu ada pengakuan dalam penulisan sebuah karangan,

Dalam benak berharap kapan tibanya roda berputar?

Jalan yang mengikuti kata hati menuju sebuah pengabdian

Seiring hari berganti dengan tepat

Waktu meninggalkan tanpa sebuah janji

Itulah awal sebuah kerapuhan, menjawab semua yang ada


Judul

Tiupan angin menghapus mendung

Kita duduk di antara malam dan rembulan

Canda tawa mengisi kebisuan

Engkau tersenyum malu di saat,

Aku naik tangga kanak – kanak

Sesekali aku menggoda bibir manismu

Kasih….tak hentinya kau taburkan benih

Pesona diwajah penuh kepasrahan

Putaran jam meninggalkan bekas senyum

Engkau dan aku yang mandi purnama

Taman tuban memberi angin segar

Dengan hiasan bunga dan pasangan remaja

19.06.08


Judul

Kerapuhan yang tersandar

Begitu berat semakin terjerat

Kaki yang enggan melangkah,

Merobek asa yang terjaga

Kubangan Lumpur yang semakin meninggi

Menjerat kaki yang kian lumpuh

Sesak………Panas……ahh….Bosan

Teriakan tiada terdengar

Suara bibir hanya sampul kejenuhan

Yang tak berujung kenyamanan

Kini tinggal asa yang terkenang tanpa sebuah pencerahan.


K E M A T I A N

Selesai sudah semua

Kini tinggal kenangan masa lalu

Semua hanya bayangan semu

Di angan-angan masih tetap membekas

Seakan tiada batas

Usai sudah terlepas

Berbalut kafan dan kapas

Pergi di alam bebas

Berlari di padang ilalang yang luas

Lepas tanpa batas

Ditinggalkannya kota yang penuh muspita

Hanya cahaya dalam diri

Penerang jalan disetiap insan

Semua bisa terukir

Sewaktu masa hidupnya

Tak lagi dirasakan sengatan matahari

Entah apa yang terjadi

Semua tak akan tahu

Sebelum merasakan ajal kematian.

Ndoromukti,11-03-09


Malam dukamu

Ramainya Malam Ini

Mengantar bersandar di bawah pohon yang melambaikan harum dikesepian gelap

Gagak-gagak menyambut malam duka

Penghuni baru dipemakaman

Disetiap sudut rumah bergelimang air mata

Ruang berwarna dengan kedua sayap yang melekat pada sisi tubuhnya

Mendengar berita duka pada sahabat

Ayahnya sudah pulang

Di malam ini

Ibu tinggal seorang diri menjalani kehidupan

Dia masih teringat masa-masa ayahnya pergi

Kita harus rela menjalani hentakan dan pukulan menghantam disetiap perpisahan

Semua hanyalah kehendak-NYA

Tiada upaya selain ikhlas dan sabar

Melepaskan dia terbarinnng untuk selamanya

Ndoromukti,11-03-09


Duka sahabatku

Tak mampu mata ini terpejam

Selagi hidung masih mencium

Bau amis dan harum bunga kamboja

Telinga setia mendengar

gesekan jarum dinding rumah

Kulit masih menahan sengatan angin kematian

Terjadi lagi pemakaman

Seorang tua renta

Mati karena sakit

Engkau simpan tangis yang mendalam

Disela tawa kita

Ada batu yang menjanggal didadamu

Tamu silih berganti dari rumah dukamu

Tabahkan diri sobat

Tangguhkan hati menghadapi semua ini

Matamu nanar merah senja melepas bapakmu

Sahabat dukamu juga dukaku

Ndoromukti,10-03-09


KATA PENGANTAR


Segala puji saya haturkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Mulya. Dialah yang mengukir siang dan malam agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang memiliki hati dan pandangan, Menjadi petunjuk bagi orang-orang berakal dan pandai. ”… Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat akan hamba-hambanya. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka…” (Al-mu’min [40] : 40-45).

Terbitnya mentari dari balik jendela, baling-baling kipas yang berputar di atas kepala, pada saat tertentu dapat menghadirkan keadaan dan suasana yang begitu indah. Dan suasana yang seperti itupun dapat juga menciptakan keadaan yang sebaliknya.

Penggambaran suasana, keadaan dapat tertuang dalam berbagai bentuk karya yang tiada batas. Sebuah karya singkat yang tersusun dalam bentuk sajak-sajak penggambaran suasana dan keadaan yang pernah ada dan terbersit dalam pikiran manusia, akhirnya terlahir dari buah pemikiran insan yang masih butuh belajar dari alam dan segala isinya.

Adalah karunia Allah SWT. dan doa dari orang tua yang selalu menerangi jalan menuju sebuah asa yang berakar dari nurani seorang hamba dan seorang anak. Dan tak lupa keluarga dan sahabat dalam perantauan yang selalu mendukung saya dalam berkarya.

Terima kasih saya ucapkan kepada pembaca sekalian yang telah sudi membaca karya kecil ini.

Dan sayapun berharap, semoga buku ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca dan tetap memberi potensi bagi saya untuk tetap berkarya.


Tuban,14 Maret 2009

putra as

Tidak ada komentar:

Posting Komentar