Powered By Blogger

Minggu, 01 Agustus 2010

BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertolak dari tujuan itu, masalah peningkatan sumber daya manusia menjadi kajian perlu diperhatikan, baik dikalangan masyarakat awam, pakar pendidikan maupun seniman. Perubahan terus bergulir dan makin maju, seirama dengan pola pikir, penemuan dan kreatifitas manusia. Kecenderungan global adalah suatu kondisi yang makin memperlihatkan sifat transparansi atau keterbukaan tanpa batas dunia ini, yang dikendalikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kehidupan pada hakekatnya berlangsung dalam suatu proses. Proses itu berupa transformasi nilai-nilai pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Dalam sebuah proses berkembang menuju ke arah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Selain itu, merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yaitu:
Artinya : niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujadalah : 11)
Pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan tidak hanya di dapat dari sebuah pendidikan formal, di samping itu kita dapat memahami semuanya dengan mengenal kehidupan sekeliling kita. Apabila kita perhatikan gambar-gambar pada majalah, bahwa ternyata setiap gambar itu menceritakan kehidupan, kisah keluarga, gaya hidup, politik kebudayaan dan sebagainya.
Bagi seniman pendewasaan kepribadian dan proses penguasaan pengetahuan dengan menghasilkan sebuah karya, dibutuhkan berbagai bentuk apresiasi. Pelukis misalnya mengapresiasikan pola pikirnya diatas kanvas dalam bentuk bingkai. Sedang bagi penggila seni teater melukiskan sebuah karya berbentuk pertunjukan diatas panggung sebagai media visual yang berupaya menghadirkan latar atau seting tempat dimana adegan berlangsung, Artistik panggung berupa seting atau dekorasi ditempatkan untuk menghidupkan suasana dan peristiwa bagi proses dramatik pada sebuah lakon. Artistik panggung set keseluruhan dapat menciptakan ruangan dan atmosfir yang sesuai dengan ide atau konsep garapan pementasannya. Oleh karena itu, seorang penata panggung harus mengetahui detail konsep yang diinginkan sutradara hingga apa yang ada dalam bayangan sutradara secara bentuk dapat divisualisasikan dan menjadi daya stimulus pula bagi pemain untuk memperkuat perannya. (Lalu Karta Wijaya, 2008:19) Menjelaskan bahwa artistik panggung memperhitungkan juga bagaimana jarak pandang penonton sebagai penikmat agar keseluruhan pengadeganan dapat dilihat secara utuh, maka pertimbangan beberapa hal tentang komposisi panggung harus diperhitungkan terlebih dahulu oleh seorang penata panggung, yaitu mengenai,
1. Perspektip ruang, Penentuan komposisi perspektip ruang berguna untuk memberikan kesan meruang bagi sudut pandang tempat. Ini menjadi penting agar penempatan setting dapat diposisikan dengan tepat.
2. Warna dan garis/gradasi, pemilihan warna yang mencolok dan garis/gradasi yang tegas menjadi kecendrungan dalam pentas agar penonton dapat melihat dengan jelas.
3. Volume dan aksentuasi. Pertimbangan volume dimaksudkan disini agar hadirnya benda-benda artistik seimbang dengan besar kecilnya ukuran panggung demi menghindari kesan sumpek dan mubadzir.
Maka pemilihan benda dapat dipilah sesuai fungsi dan kebutuhan panggungnya. Melalui aksentuasi, penampilan sebuah suasana ruang dapat dimunculkan dengan memberi tekanan pada satu sisi yang dibuat lebih menonjol untuk memfokuskan kesan atau nuansa apa yang ingin di hadirkan. Ketika seorang penata panggung mulai bekerja dan telah mengetahui bentuk panggung yang akan digunakan, maka ia boleh mulai mempersiapkan rancangan gambar berupa sketsa ataupun membuat maket/ miniature artistik sebagai acuan dan bahan presentasi untuk menyusun petunjuk teknis pelaksanaan operasional konstruksi artistik, proses kerja teknis, spesifikasi pengerjaan dan bahan-bahan kerjanya.
Bentuk-bentuk panggung teater umumnya terbagi menjadi tiga bentukan, yaitu :
1. Panggung proscenium, ialah bentuk panggung dimana terdapat sekat yang menutup areal belakang panggung dan posisi penonton berhadapan dengan wilayah depan panggung. Bentuk panggung semacam ini yang biasa kita temui pada setiap pementasan teater
2. Panggung arena, ialah bentuk panggung melingkar atau semacamnya dimana posisi penonton mengitari wilayah panggung.
3. Panggung tapal kuda adalah panggung campuran antara proscenium dan arena. Contohnya panggung peragaan busana.(Santoso, Eko. Dkk. 2008. Seni Teater. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional)
Panggung prosenium merupakan panggung yang menghadirkan penonton dari satu arah dan ada batasan antara arena permainan dengan penonoton. Untuk sebuah menentasan teater yang menggunakan banyak dekorasi diperlukan ruang disamping kiri/kanan. Panggung prosenium terbagi menjadi sembilan daerah permainan yang merupakan tempat aktor untuk melakonkan perannya yang menggambarkan kehidupan masyarakat.
Pemikiran Jurgen Habermas oleh Ir. Y. Djarot Purbadi, MT, Arsitektur berkembang tidak di dalam ruang hampa, melainkan ada di dalam konteks kehidupan masyarakat. Seperti pada ilmu-ilmu lain, keadaannya selalu berkaitan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Hal itu berarti terdapat hubungan timbal balik antara arsitektur dengan kehidupan masyarakat. Arsitektur dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, arsitektur kadang menjadi obyek dan kadang juga menjadi subyek dalam konteks hubungan timbal balik itu. Sebagai subyek, seringkali arsitektur memiliki peran menentukan perubahan masyarakat, melalui karakteristik obyek-obyek arsitektur yang muncul, baik berupa bangunan, maupun tata ruang luar pada berbagai tingkat keadaan (skala).
Dalam menentukan sebuah bentuk ruang pementasan atau yang di gunakan bahasa dunia seni teater adalah panggung. Tim artistik tidak meninggalkan unsur-unsur pokok terbentuknya sebuah panggung atau ruang pementasan teater. Unsur-unsur Pokok “ semua bentuk gambar berawal dari satu titik yang membuat suatu gerakan …titik itu bergerak….dan terbentuklah suatu garis¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬__________ dikenal sebagai dimensi-pertama. Bila garis itu bergerak membentuk sebuah bidang, maka kita dapat menentukan sebuah unsure dua-dimensi. Selama perkembangannya dari bidang menjadi ruang, pertemuan bidang-bidang tadi melahirkan suatu badan (tiga-dimensi)… Sebuah ringkasan mengenai energi kinetik yang menggerakkan sebuah titik menjadi garis, garis menjadi bidang dan bidang menjadi dimensi ruang” (Klee, Paul. 1961. The Thinking Eye. New York : The Notebook of Paul Klee).
Perkembangan tehnologi yang sangat pesat karena didorong oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang lain terutama perkembangan ilmu matematika. Matematika sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang bilangan – bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur mengenahi bilangan. Hampir semua aspek dari tehnologi itu sendiri memerlukan matematika untuk dapat berjalan dengan pasti dengan perhitungan – perhitungan yang matang.
Pada tahun-tahun terakhir ini peranan matematika sangatlah diperlukan dalam kehidupan, banyak prosedur matematika yang rumit digunakan dalam disiplin ilmu seperti fisika, kimia, ekonomi, kedokteran, serta disiplin ilmu lain dalam jumlah yang semakin meningkat. Ilmu matematika khususnya diagonal bidang balok sudah mulai digunakan untuk pengaturan tata ruang. Selain itu dalam dunia seni teater penggunaan rumus diagonal bidang balok dapat dipergunakan untuk pembagian arena permainan panggung prosenium, yang digunakan dalam penempatan tata letak properti yang disesuaikan dengan naskah “Nyanyian Lorong Gelap”. Memperhatikan berbagai kondisi tersebut, akhirnya peneliti tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “APLIKASI RUMUS BALOK TERHADAP PANGGUNG PROSENIUM DALAM PEMENTASAN TEATER DENGAN JUDUL NASKAH NYANYIAN LORONG GELAP KARYA BAGUS MAHAYASA”.Penelitian ini menarik bagi penulis karena adanya keterkaitan antara disiplin ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah (Jurusan Pendidikan Matematika) dan Organisasi Komunitas Teater Institut (TI UNIROW Tuban).


B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Banyak ilmu-ilmu lain memerlukan pembahasan matematika salah satunya adalah ilmu yang mempelajari tata ruang. Penulis mempunyai anggapan bahwa seseorang menguasai ilmu matematika akan lebih mudah untuk mempelajari tentang tata ruang (panggung). Menurut pendapat penulis banyak orang yang mengalami kesulitan dalam pembuatan panggung pementasan teater karena kurangnya penguasaan ilmu matematika. Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha mengungkapkan bisa tidaknya pengaplikasian rumus balok terhadap panggung prosenium dalam pementasan teater dengan judul naskah nyanyian lorong gelap karya bagus mahayasa.

C. BATASAN MASALAH
Agar analisis dapat terarah dan mendalam, maka dalam penelitian yang akan diteliti penulis membatasi masalah yaitu tentang aplikasi rumus diagonal bidang balok terhadap panggung prosenium dalam pementasan teater dengan judul naskah ”Nyanyian Lorong Gelap” karya Bagus Mahayasa untuk mengetahui penempatan poperti.

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dimaksukan untuk mengetahui efektif tidaknya pengaplikasian rumus volume balok terhadap panggung prosenium dalam pementasan teater dengan naskah “Nyanyian Lorong Gelap” karya Bagus Mahayasa.




E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini bagi para pembaca bisa dijadikan sebagai literature pembelajaran secara aplikatif dan menjadi data dasar bagi pihak yang mempelajari tentang artistik panggung.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar